Umumnya, dua kamera luar mengambil gambar close-up atau “persilangan” dari dua karakter paling aktif di lokasi syuting pada waktu tertentu, sedangkan kamera pusat atau kamera mengambil gambar master yang lebih luas untuk menangkap keseluruhan aksi dan menentukan geografi lokasi. ruangan.[1] Dengan cara ini, beberapa bidikan diperoleh dalam satu pengambilan tanpa harus memulai dan menghentikan aksi. Hal ini lebih efisien untuk program yang akan ditampilkan dalam waktu singkat setelah pengambilan gambar karena mengurangi waktu yang dihabiskan dalam pengeditan film atau video. Ini juga merupakan kebutuhan virtual untuk acara rutin dengan output tinggi seperti sinetron harian. Selain menghemat waktu pengeditan, adegan dapat diambil jauh lebih cepat karena tidak diperlukan pencahayaan ulang dan pengaturan sudut kamera alternatif agar adegan dapat diambil lagi dari sudut yang berbeda. Hal ini juga mengurangi kompleksitas pelacakan masalah kontinuitas yang muncul ketika adegan diambil ulang dari sudut yang berbeda.
Kekurangannya mencakup pengaturan pencahayaan yang kurang optimal sehingga perlu memberikan kompromi untuk semua sudut kamera dan kurangnya fleksibilitas dalam menempatkan peralatan yang diperlukan di tempat kejadian, seperti boom mikrofon dan perlengkapan pencahayaan. Ini dapat disembunyikan secara efisien hanya dari satu kamera tetapi pengaturannya bisa lebih rumit dan penempatannya mungkin lebih rendah dalam pengaturan beberapa kamera. Kelemahan lainnya adalah penggunaan kapasitas perekaman, karena pengaturan empat kamera dapat menggunakan (tergantung pada kamera yang terlibat) hingga empat kali lebih banyak film (atau ruang penyimpanan digital) per pengambilan dibandingkan dengan pengaturan satu kamera.
